ORGANISASI
a.
Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat
atau badan. Di dalam KBBI (2002: 803) organisasi adalah kelompok kerjasama
antara orang-orang yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi, yaitu: adanya kelompok
manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut berdasar atas hak,
kewajiban serta tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan (Djati
Julitriarsa, 1998: 41).
Pengertian organisasi
dari beberapa ahli antara lain:
a)
James D. Money (1974)
Organisasi adalah bentuk
dari perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b)
Ralph Currier Davis
(1951)
Organisasi adalah
kelompok orang-orang yang bekerja
mencapai tujuan bersama diabawah pimpinan.
c)
John D. Millet (1954)
Organisasi adalah sebuah
kerangka struktur, sebagai wahana dan wadah pelaksanaan pekerjaan banyak orang
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
d)
Dwight Waldo (1956)
Organisasi adalah
struktur hubungan antar manusia berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem
administrasi (Djati Julitriarsa, 1998: 42-43).
e)
Cyril Soffer (1973)
Organisasi adalah perserikatan
orang, yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan
pembagian kerja dimana pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas, diberikan di
antara pemegang peranan, dan kemudian digabung ke beberapa bentu hasil.
(Sutarto,2006: 36)
Dari berbagai pendapat tentang pengertian organisasi tersebut maka
dapat disimpulkan adanya tiga macam pendapat yaitu: (1) Organisasi adalah
kumpulan orang-orang; (2) Organisasi adalah proses pembagian kerja; dan (3)
Organisasi adalah sistem kerja sama. Dari tiga macam pendapat di atas maka
dapat disusun suatu definisi tentang organisasi secara sederhana, yaitu:
“Organisasi adalah suatu sistem kerja sama dari sekelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu”(Djati Julitriarsa, 1998:44).
Menurut Siswanto (2007: 73) “Organisasi dapat didefinisikan sebagai
sekelompok orang yang saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat Siswanto tersebut, bahwa organisasi
adalah interaksi antara
sekelompok
orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam membentuk atau menentukan sebuah
organisasi harus diperhatikan ciri-ciri yang
ada. Ciri-ciri organisasi merupakan beberapa
hal yang harus ada. Ciri-ciri organisasi menurut Siwanto (2007: 73) yaitu :
1.
Suatu organisasi
adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan
diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan dan kebijakan yang telah dirumuskan
dan masing-masing pihak siap untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.
2.
Dalam suatu
organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbl
balik, saling memberi dan menerima dan
juga saling bekerjasama untuk melahirkan
dan merealisasikan maksud (purpose),
sasaran (objective) dan tujuan (goal).
3.
Dalam suatu
organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama
tersebut diarahkan
pada
suatu titik tertentu., yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
setiap organisasi harus mempunyai tiga unsur
dasar yaitu sekeompok orang, kerjasama dan
tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama
sekelompok orang dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Jadi, dapat di ambil
suatu kesimpulan bahwa organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja sama,
dimana kerja sama tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau
gambaran skematis tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Jadi, Organisasi
adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam
suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian
adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan
sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan
tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil
pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Struktur organisasi adalah
susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
b.
Asas-asas Organisasi
Asas-asas organisasi adalah berbagai pedoman yang sejauh mungkin
hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas
organisasi dapat berjalan lancar. Adapun asas-asas organisasi adalah sebagai
berikut:
1)
Perumusan tujuan dengan
jelas
Perumusan tujuan dengan jelas memudahkan penetapan haluan
organisasi, pemilihan bentuk, pembentukan struktur, kebutuhan jabatan,
penyumbangan pengalamana, kecakapan daya kreasi dari para anggota organisasi.
Herbert G. Hicks,
mengemukakan pentingnya tujuan sebagai berikut:
·
Tujuan membantu usaha
organisasi.
·
Tujuan dibutuhkan untuk
melakukan koordinasi dan mengkoordinasikannya langkah pertama menetapkan tujuan
organisasi.
·
Tujuan merupakan arah
terakhir di mana semua kegiatan organisasi diarahkan.
·
Tujuan diperlukan
sebelumnya untuk menetapkan haluan prosedur, metode, strategi dan peraturan.
Mc Gregor,
mengemukanakan tentang tujuan yang jelas adalah:
·
Tujuan yang efektif
menambah semangat semua anggota untuk bekerja ke arah tujuan yang sama.
·
Tujuan yang jelas
memberikan tongkat pengukur yang obyektif untuk mengukur, membandingkan dan
menilai pelaksanaan.
Setiap orang yang masuk
organisasi biasanya telah memiliki konsep tujuan individu, konsep tujuan
organisasi dan organisasi sendiri telah mempunyai knsep tujuan organisasinya.
2)
Departemenisasi
Departemenisasi merupakan asas pembentukan satuan organisasi yang
akan diserahi beban kerja tertentu. Jadi, departemenisasi adalah aktivitas
untuk menyusun satuan-satuan (unit-unit) organisasi yang diperlukan untuk
melaksanakan fungsi yang ada.
Dalam pembentukan satuan
organisasi yang harus diperhatikan adalah:
·
Jumlah satuan organisasi
hendaknya sedikit mungkin.
·
Satuan organisasi
dibentuk harus berfungsi bulat.
·
Perluasan aktivitas pada
tahap pertama harus ditampung lebih dulu oleh satuan yang ada sehingga tidak
tergesa-gesa membentuk satuan yang baru.
·
Bila satuan/suatu aktivitas
telah ada maka organisasi yang menampungnya jangan membentuk satuan kembarnya.
·
Pembentukan satuan organisasi perlu dilakukan penertiban pemakaian
sebutan satuan organisasi yang tepat sehingga dapat diketahui fungsi dari
persatuan yang bersangkutan.
Kedudukan satuan
organisasi di dalam struktur organisasi ada 2 macam:
·
Pertama, satuan
organisasi yang berkedudukan langsung di bawah pucuk pimpinan organisasi yang
disebut “satuan organisasi utama”.
·
Kedua, satuan organisasi yang berkedudukan dibawah satuan
organisasi utama yang disebut “ satuan organisasi lanjutan”.
3)
Pembagian kerja
Asas ini dapat dikaitkan dengan pejabat yang harus menempatinya
atau dengan susunan organisasinya. Maka asas pembagian kerja dapat diartikan dua
macam, yaitu:
·
Perincian serta
pengelompokan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk
dilakukan oleh satuan organisasi tertentu.
·
Perincian serta
pengelompokan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk
dilakukan oleh pejabat tertentu.
Dalam melakukan
pembagian kerja yang harus diperhatikan adalah:
·
Tiap-tiap satuan
organisasi harus mempunyai perincian aktivitas yang jelas
·
Pejabat dari pucuk
pimpinan sampai dengan pejabat yang berkedudukan paling bawah harus mempunyai
perincian tugas yang jelas
·
Jumlah perincian tugas
sebaiknya dipegang oleh seorang pejabat berkisar antara 4-12 macam.
·
Variasi tugas bagi
seorang pejabat hendaknya yang sejenis atau erat hubungannya.
·
Beban tugas etiap pejabat hendaknya merata penempatan para pejabat
hendaknya dengan tepat
·
Penambahan atau
pengurangan pejabat harus berdasarkan volume kerja.
·
Pembagian kerja para
pejabat dalam satuan organisasi jangan sampai terjadi “pengontakan pejabat”.
4) Koordinasi
Koordinasi adalah suatu asas yang menyatakan bahwa dalam suatu
organisasi harus ada keselarasan aktivitas di antara satuan-satuan organisasi
atau keselarasan di antara pejabatnya. Sedangkan manfaat koordinasi yaitu:
·
Menghindarkan konflik
·
Menghindarkan rebutan
sumber atau fasilitas
·
Menghindarkan kekembaran
pengerjaan
·
Menghindarkan kekosongan
pengerjaan
·
Menghindarkan perasaan
lepas satu sama lain
·
Menjamin kesatuan sikap
·
Menjamin kesatuan
tindakan
·
Menjamin kesatuan
kebijaksanaan
·
Menjamin kesatuan
pelaksanaan
Macam-macam koordinasi:
·
Koordinasi penegak:
yaitu koordinasi antara satuan atau pejabat yang kedudukannya tidak sederajat.
·
Koordinasi mendatar:
yaitu koordinasi antar satuan yang kedudukannya sederajat.
·
Koordinasi mekanis:
yaitu koordinasi urutan penyelesaian pekerjaan secara mekanis, yang berupa
penyelesaian pekerjaan saling tanggap diantara para pejabat dalam menghadapi
suatu pekerjaan secara bersama.
·
Koordinasi prosedur:
yaitu koordinasi yang tergambar pada bagan koordinasi.
·
Koordinasi substansi:
yaitu koordinasi yang berupa program kerja.
5)
Pelimpahan Wewenang
Wewenang adalah hak seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang
diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik.
Pelimpahan adalah penyerahan. Jadi pelimpahan wewenang adalah penyerahan
sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung
jawab dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang
lain. Dalam melakukan pelimpahan wewenang yang perlu diperhatikan:
·
Batas wewenang setiap pejabat harus jelas
·
Tanggung jawab dipikul
oleh kedua belah pihak
·
Tugas, tanggung jawab
dan wewenang harus seimbang
·
Perlu memperhatikan
pendapat dari pejabat yang menerima limpahan
·
Disertai kepercayaan
bahwa yang menerima itu mampu
·
Perlu adanya
pembimbingan
·
Perlu adanya
pengontrolan
6)
Rentangan Kontrol
Rentangan kontol adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang
dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. Sedang bawahan langsung
merupakan sejumlah pejabat yang langsung berkedudukan dibawah seorang utusan
tertentu.
7)
Jenjang organisasi
Jenjang organisasi adalah tingkat-tingkat satuan organisasi yang
didalamnya terdapat pejabat, tugas, serta wewenang tertentu menurut
kedudukannya dari atas sampai dengan bawah dalam suatu fungsi tertentu.
Pejabat yang berkedudukan pada tingkat yang lebih atas mengawasi
para pejabat yang berkedudukan pada tingkat dibawahnya demikian seterusnya
hingga hubungan-hubungan yang dilakukan antara para pejabat sejauh mungkin
melewati tingkat-tingkat yang telah ditentukan.
Tingkatan dalam struktur
organisasi dibedakan 3 macam:
·
Struktur organisasi pipih
: adalah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang organisasi antara 2
sampai 3 tingkat
·
Struktur organisasi
datar: adalah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang organisasi sampai
dengan 4 tingkat
·
Struktur organisasi
curam: adalah struktur organisasi yang melaksanakan jenjang sampai dengan 5
tingkat.
8)
Kesatuan Perintah
Kesatuan perintah berarti bahwa tiap-tiap pejabat dalam organisasi
hendaknya dapat diperintah dan bertanggung jawab kepada seorang atasan
tertentu. Tidak ada kesatuan perintah akan menimbulkan kebingungan, keraguan
dari para bawahan.
9)
Fleksibilitas
Struktur organisasi harus sudah dirubah untuk disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang
sedang berjalan. Kalau diubah tetapi menghambat kelancaran aktivitas yang
sedang berjalan, maka ini bukanlah flesibilitas (kelenturan). Adapun perubahan
yang mungkin terjadi sehingga menyebabkan perunya struktur organisasi dirubah.
Misalnya, perubahan tujuan, penambahan tujuan, perluasan aktivitas, dan
penambahan kerja.
c.
Teori Organisasi
1)
Teori Taylorisme
Taylorisme adalah nama
yang populer untuk gagasan F. W. Taylor dan kini
bersinonim dengan sebutan “efficiency
expert”. Berikut lima prinsip dasar Taylorisme:
·
Geser tanggung jawab keorganisasian dari pekerja ke manajer. Manajer adalah pihak yang harus memikirkan perencanaan dan perancangan kerja.
·
Gunakan metode ilmiah (scientific
method) untuk menentukan cara yang
paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan
(misalnya dengan memakai teknik time and motion study). Kemudian rancanglah pekerjaan untuk tiap pekerja dengan menetapkan secara jelas dan detail mengenai pekerjaan apa saja yang dilakukan.
·
Pilih orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang baru dirancang tersebut.
·
Latihlah karyawan tersebut
untuk melakukan pekerjaannya secara efisien.
·
Lakukan monitoring terhadap kinerja karyawan untuk menjamin prosedur kerja yang telah ditetapkan
benarbenar dijalankan dan tujuan yang dikendaki dicapai.
Penggunaan teknik
tersebut di atas ditujukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dengan memaksa para
pekerja menghilangkan “waktu
yang tidak produktif”. Itu merupakan sebuah waktu dan gerak yang telah banyak dilakukan untuk menemukan cara
terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dibandingkan dengan “rule of thumb”. Perlu juga dikemukakan di sini bahwa teknik Taylorisme tidak hanya diterapkan di
pabrik (production floor), tetapi juga
dibagian administrasi (office work) dengan cara memecah rangkaian pekerjaan
(integrated tasks) menjadi
komponen-komponen yang spesifik (specialized components) untuk dikerjakan oleh
masing-masing ahlinya.
2) Teori Kontijensi Struktural
Hakikat teori kontijensi
adalah tidak ada satu cara terbaik yang bisa digunakan
dalam semua keadaan (situasi) lingkungan. Masuknya pengaruh
variabel lingkungan dalam analisis organisasi diawali
dengan kemunculan pendekatan sistem (system
approach) dalam analisis organisasi dimana kemunculan pendekatan
ini sebenarnya karena inspirasi dari ilmu biologi,
khususnya yang dikemukakan oleh Ludwig von Bertalanffy.
Pendekatan sistem dibangun berdasarkan anggapan bahwa organisasi pada
hakekatnya mirip dengan organisme (makhluk hidup) yang terbuka
terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya. Menurut pendekatan ini organisasi adalah sebuah open system besar yang di dalamnya terdiri
dari beberapa sub-sistem yang saling terkait. Organisme di dalam
sistem semacam itu akan mengambil dan sekaligus memberikan
sesuatu dari dan kepada lingkungannya. Dengan pola simbiose take and give itulah
organisasi mempertahankan hidupnya.
Sama halnya dengan
makhluk hidup, menurut Teori Kontijensi tujuan
akhir sebuah organisasi dalam beroperasi adalah agar
bisa bertahan (survive) dan
bisa tumbuh (growth) atau
disebut juga keberlangsungan (viability). Ada dua hal yang dilakukan organisasi
untuk menjalankan penyesuaian hidup terhadap lingkungannya.
Pertama, manajemen menata konfigurasi berbagai sub-sistem di dalam organisasi agar kegiatan organisasi
menjadi efisien. Kedua, bentuk-bentuk spesies organisasi memiliki efektivitas
yang berbeda-beda dalam menghadapi perubahan dalam lingkungan
luar. Dengan kata lain mekanisme sistem pengendalian bisa
sangat bervariasi sesuai dengan variasi lingkungan yang dihadapi.
Dalam rangka mencari cara yang efektif, organisasi seharusnya
menghubungkan permintaan lingkungan eksternal dengan
fungsi-fungsi internalnya. Seorang manajer harus bisa mengatur
harmonisasi fungsi-fungsi organisasinya dengan kebutuhan
manusia.
Teori kontijensi
memberi penekanan pada perlunya memfokuskan pada
perubahan. Tidak ada satu aturan atau hukum yang
memberi solusi terbaik untuk setiap waktu, tempat, semua orang
atau semua situasi. Ada beberapa anggapan dasar dalam teori tersebut, yaitu antara lain:
·
Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknik-teknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika teknik
yang digunakan sesuai dengan permintaan lingkungan, maka teknik tersebut dikatakan efektif dan berhasil. Dengan kata lain diversitas dan kompleksitas situasi
eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan
dengan teknik yang sesuai.
·
Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan permintaan setiap situasi yang dihadapi. Kebijakan dan praktik manajemen yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa dikatakan efektif. Untuk mencapai keefektifan ini organisasi harus mendesain struktur organisasinya,
gaya kepemimpinannya, dan sistem pengendalian yang berorientasi terhadap situasi yang dihadapi.
·
Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara langsung dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap perubahan dapat diatasi, maka harus ditingkatkan keterampilan mendiagnosa yang proaktif untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang komprehensif.
·
Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik dalam mengelola suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang dapat diaplikasikan untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang dapat diaplikasikan secara universal.
3) Teori Ketergantungan Sumber Daya
Teori
Ketergantungan Sumber Daya dibangun berdasarkan asumsi-asumsi
di bawah ini:
·
Organisasi-organisasi dianggap terdiri dari koalisi internal-eksternal
yang muncul dari pertukaran sosial yang dilakukan untuk
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku.
·
Lingkungan dianggap
berisi sumber daya yang langka dan penting untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
·
Organisasi dianggap bekerja untuk mencapai dua tujuan yaitu: mendapatkan kendali atas sumber daya bisa meminimalkan ketergantungannya pada organisasi lain dan meningkatkan kendali atas sumber daya yang memaksimalkan ketergantungan organisasi lain padanya.
Walaupun pandangan
bahwa organisasi terkendala oleh faktor eksternal
sepertinya berpaham determinisme, menurut Pfeffer dan Salancik
organisasi tidaklah pasif dalam menghadapi kendala eksternal tersebut. Organisasi juga merespon
lingkungan melalui berbagai diskresi manajemen
dalam bentuk mempengaruhi organisasi lain,
berkoalisi dengan organisasi lain atau merubah lingkungan.
Merger, diferensiasi, dan lobi pada pemerintah bisa kita anggap sebagai contoh bagaimana merespon
lingkungan.
4)
Teori Ekologi Populasi
Teori Ekologi
Populasi membahas perubahan organisasi sebagai fungsi dari
kekuatan-kekuatan lingkungan pada populasi organisasi,
khususnya pada proses pembentukan dan kegagalan organisasi.
Pandangan Ekologi Populasi tersebut menentang pendapat
Teori Kontijensi Struktural yang menyatakan bahwa proses
adaptasi dilakukan pada level individu organisasi. Bagi Teori
Ekologi Populasi adaptasi terjadi pada level populasi melalui proses lahir (birth)
dan mati (death). Oleh sebab
itu proses adaptasi yang dijalankan oleh
organisasi sebetulnya lebih merupakan proses seleksi
alam menurut Donaldson dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009).
Berikut ini adalah beberapa
konsep yang lazim ditemui dalam tulisan-tulisan
mengenai Teori Ekologi Populasi:
·
Structural inertia. Structural inertia adalah kecenderungan
organisasi untuk mempertahankan struktur internalnya apapun yang terjadi pada fakor
lainlainnya. Jadi sebenarnya
konsep ini merujuk pada ketidakmampuan suatu organisasi
untuk beradaptasi dengan lingkungannya:
semakin kuat tekanan structural inertia, semakin rendah fleksibilitas adaptif organisasi tersebut. Teori structural inertia menyatakan bahwa proses perubahan akan
menciptakan masalah reorganisasi internal dan legimitasi eksternal menurut Hannan dan Freeman dalam “Teori
Organisasi” (Gudono: 2009).
·
Liability of newness. Liability of newness berunjuk pada kenyataan
bahwa risiko mati (bangkrut) organisasi yang masih
baru adalah tinggi dan risiko ini akan menurut sejalan
dengan bertambahnya usia perusahaan menurut Stinchombe
dalam “Teori Organisasi” (Gudono: 2009)
·
Liability of smallness. Liability of smallness merujuk pada kecenderungan
menurunnya tingkat kematian (mortality rate) sejalan dengan semakin besarnya ukuran organisasi. Ada dugaan mengapa
hal ini bisa terjadi, yaitu karena organisasi-organisasi
besar umumnya memiliki akuntabilitas,
reliabilitas dan legitimasi yang juga lebih besar.
·
Niche width theory. Niche width theory menyatakan bahwa
populasi organisasi menempati niche yang
sama dalam arti bahwa mereka tergantung pada sumber daya lingkungan yang identik. Jika dua populasi organisasi menempati niche
yang sama tapi berbeda dalam hal karakteristik
organisasi, maka populasi yang memiliki kecocokan yang lebih
kecil dengan karakteristik lingkungan akan
dieliminasi.
·
Generalist population dan specialist population. Terkait dengan niche
width theory teori Ekologi populasi menyatakan
bahwa generalist population tergantung
pada rentang niche
yang lebar sumber daya lingkungan. Keadaan ini akan memaksimalkan eksplorasi tetapi akan meningkatkan risiko. Sebaliknya specialist population tergantung pada kondisi lingkungan yang spesifik atau rentangan niche
yang sempit dan hal tersebut akan memungkinkan organisasi di
dalamnya untuk makmur dari pemanfaatan niche khusus tersebut. Perbedaan karakteristik keluasan rentangan niche ini akan berpengaruh
pada strategi organisasi yang ada di dalamnya.
·
Density dependence. Density dependence menyatakan bahwa
legimitasi dan kompetisi bergantung pada tingkat kepadatan
populasi. Pada waktu tingkat kepadatan rendah, proses
legitimasi mendominasi dan hal ini akan meningkatkan tingkat
kelahiran dan menurunkan kematian organisasi. Pada
waktu tingkat kepadatan tinggi, kompetisi akan
mendominasi dan hal ini akan menurunkan tingkat
kelahiran dan meningkatkan tingkat kematian organisasi.
Ada beberapa asumsi
dasar yang digunakan dalam pembahasan-pembahasan.
Teori Ekologi Populasi menurut Robbins dalam “Teori
Organisasi” (Gudono: 2009). Pertama, teori ini
memusatkan pada kelompok atau populasi organisasi, bukan sebuah
organisasi. Kedua, teori ini mendefinisikan efektivitas organisasi
semata-mata sebagai survival (mampu
bertahan hidup). Ketiga, lingkungan sangat menentukan dan manajemen
memiliki pengaruh yang kecil terhadap kemampuan organisasi
untuk bertahan hidup. Keempat, kapasitas (daya dukung/carriying capacity) lingkungan adalah
terbatas.
5)
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan
dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan
masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan
informasi pada saat melakukan kontrak. Kontrak yang
dimaksudkan disini adalah kontrak antara prinsipal (pemberi kerja, misalnya pemegang saham atau pimpinan
perusahaan) dengan agen (penerima perintah, misalnya manajemen
atau bawahan). Teori keagenan meramal jika agen memiliki
keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan kepentingan agen
dan principal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal. Beban yang muncul
karena tindakan manajemen tersebut menjadi agency costs.
Pandangan teori
keagenan tersebut pada hakekatnya dibangun dengan
memperluas teori yang dibahas dalam karyakarya Coase,
Berle, dan Means. Coase meletakkan landasan mengapa
organisasi diperlukan. Coase mengakui bahwa baik solusi dengan
pasar ataukah dengan organisasi keduanya sama-sama memiliki
konsekuensi biaya. Dalam konteks ini agency
costs, adalah merupakan biaya (transaction cost atau lebih tepat lagi cost ef governance) yang terjadi manakala solusi
organisasi adalah yang dipilih (untuk
mendistribusikan barang dan jasa dalam masyarakat).
Fungsi pengorganisasian:
·
Adanya pembagian tugas dan penggolongan
kegiatan perusahaan.
·
Pembagian tugas kegiatan perusahaan
kepada kelompok yang telah ditetapkan.
·
Menentukan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Selain mempunyai fungsi,
pengorganisasian juga mempunyai tujuan yakni:
·
Kemudahan dalam pelaksanaan tugas.
·
Kemudahan pimpinan dalam melakukan
pengawasan.
·
Kemudahan dalam menentukan
orang-orang yang dipercaya dalam melaksanakan tugas.
Pentingnya mengenal Organisasi
:
·
Terciptanya hubungan yang baik
antaranggota organiosasi.
·
Setiap anggota mengetahui tugas dan
tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
·
Spesialisasi dalam melaksanakan
tugas
d. Bentuk-Bentuk Organisasi
1. Organisasi Garis : diciptakan
oleh Henry Fayol
Organisasi ini hanya mengenal satu
komando. Satu wewenang yang turun langsung dari pempin kebawahan, mulai dari
manajer puncak langsung ke mandor, bawahan bertanggung jawab langsung pada
atasan.
2. Organisasi Garis dan Staf :
diciptakan oleh Harrington Emerson.
Merupakan bentuk organisasi yang
mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi garis seperti adanya pengawasan
secara langsung, serta mengambil kelebihan-kelebihan dari organisasi staf
seperti adanya spesialisasi kerja.
3.
Organisasi Fungsional : diciptakan
oleh F.W. Taylor
Bentuk organisasi ini merupakan
gabungan dari bentuk organisasi fungsional dan organisasi garis dan staf.
e. Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip
organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams yang
mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965),
bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi:
·
Organisasi
Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
Organisasi dibentuk atas dasar
adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu
organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan
yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan lain lain.
- Prinsip Skala Hirarkhi.
Dalam suatu organisasi harus ada
garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana,
sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban,
dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
- Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya
menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
- Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan
terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian
wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin
tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang
dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih
dahulu kepada atasannya lagi.
- Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap
pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
- Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai
tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut
dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan
kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan
dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang,
pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
- Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau
staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara
rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi,
semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin
kompleks rentang pengendaliannya. Prinsip
Fungsional : Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara
fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja,
serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
- Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan
seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
- Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur
organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan
struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan
organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan
dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh
‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan
organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau
Surabaya.
- Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena
adanya pengaruh di luar organisasi (external
factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
- Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya
diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu
menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh
pemimpin organisasi tersebut.