Kamis, 25 Desember 2014

KARANGAN

Pengertian Karangan dan Jenis Karangan

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.

Berdasarkan tujuannnya, jenis karangan dibagi dalam jenis-jenis berikut ini:
1.      Karangan narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, biografi, otobiografi.

Ciri-ciri / karakteristik karangan Narasi:
a.       Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa
b.      Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir 
c.       Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian
d.      Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci

Contoh:
            Minggu, 23 April 2006, pukul 08.00 pagi, peserta perjalanan “Susur Sungai Cikapundung” sudah mulai berkumpul di sekretariat KMPA di Sunken Court W-03. Satu jam kemudian, rombongan berangkat menuju Curug Dago, dengan sedikit naik ke arah hulu dimana perjalanan itu dimulai. Tanpa ragu, peserta mulai menyusuri Cikapundung meskipun ketinggian air hampir mencapai sebatas pinggang. Ketinggian air pun meningkat sekitar 50cm setelah hujan deras mengguyur Bandung hampir sehari penuh kemarin, Sabtu 22 April 2006. Hari tersebut bertepatan dengan Hari Bumi. Derasnya air Sungai Cikapundung tidak mengecilkan hati para peserta yang mengikuti acara “Susur Sungai Cikapundung”. Acara “Susur Sungai Cikapundung” ini merupakan salah satu acara dari serangkaian kegiatan Pekan Hari Bumi se-ITB yang diadakan oleh Unit Kegiatan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) yang bekerja sama dengan PSIK (Perkumpulan studi Ilmu Masyarakat). Acara “Susur Sungai Cikapundung” ini diikuti oleh 24 orang yang terdiri atas berbagai unit kegiatan ITB seperti PSKI, KMPA, Teknik Pertambangan, Nymphea, Planologi dan 3 orang pelajar dari SMP Al-Huda dan satu pelajar dari SMK Dago. (Somad, 2007)

2.      Karangan deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.

Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi:
a.       Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu
b.      Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar sendiri suatu objek yang dideskripsikan
c.       Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
d.      Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis (subjektif) atau sikap penulis

Contoh:
            Lapangan sekolah kami berada tepat di tengah-tengah gedung sekolah. Di setiap sisi lapangan terdapat taman-taman kecil dengan aneka bunga dan tumbuhan lainnya. Lapangan tersebut berukuran setengah 100 x 120 meter. Lumayan luas, bukan? Selain untuk upacara penaikan bendera, kadang kami menggunakan lapangan tersebut untuk bermain basket atau sepak bola. Di sebelah utara, tepatnya di dekat kelas kami, terdapat tiang bendera. Adapun di sebelah timur dan barat terdapat ring basket. Di bagian-bagian tertentu ada lubang yang berguna sebagai pancang tiang untuk net voli atau net sepak takraw. (Somad, 2007)


3.      Karangan eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Dikemukakan data dan fakta untuk memperjelas pemaparan.

Ciri-ciri / karakteristik karangan Eksposisi:
a.       Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b.      Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c.       Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d.      Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada
e.       Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu

Contoh:
            Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Adapun definisi dari berbagai kasusnya adalah sebagai berikut.
1.      Kasus suspect
Adalah kasus seseorang yang menderita ISPA dengan gejala demam (temperatur 38oC), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus serta dengan salah satu keadaan. Hal ini terjadi biasanya karena seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit flu burung. Kemudian, orang tersebut kontak dengan virus flu burung yang dalam masa penularan. Hal lainnya jika orang yang bekerja pada suatu laboratorium dan sedang memproses spesimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung.
2.      Kasus probable
Adalah kasus suspect disertai salah satu keadaan bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A (H5N1). Misalnya, test HI yang menggunakan antigen H5N1 dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonial gagal pernapasan atau meninggal dan terbukti tidak adanya penyebab lain. (Somad,2007)

4.      Karangan argumentasi
Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.

Ciri-ciri / karakteristik karangan argumentasi :
a.       Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca
b.      Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar
c.       Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan pembaca
d.      Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas
e.       Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian

Contoh:
Dengan perubahan pola pada program ospek, yakni dengan meninggalkan pola perpeloncoan, tentunya masyarakat lebih banyak yang setuju. Lain halnya terhadap ospek yang disertai hukuman-hukuman dengan alasan menguji mental, menempa kekuatan fisik, sumpah serapah, atau mengenakan atribut lucu-lucuan, mungkin akan lebih banyak yang menolaknya. Bagi para orangtua, misalnya-di samping bangga dan bahagia- sudah cukup berat dan repot tatkala anaknya diterima di perguruan tinggi. Mereka bukan saja harus menyediakan dana cukup besar untuk bayar uang kuliah, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan lain seperti uang kos dan biaya sehari-hari bagi mereka yang berasal dari luar kota. Jika dibebani lagi harus beli ini itu untuk kegiatan ospek, rasanya beban tersebut semakin menumpuk. Lebih kecewa dan sakit lagi jika anaknya tiba-tiba harus pulang karena jadi korban kelalaian mahasiswa seniornya. Sekali lagi, kita patut bersyukur karena tampaknya kegiatan ospek di kampus-kampus sudah ada perubahan ke arah yang lebih bermakna positif. Sudah  saatnya kita meninggalkan perpeloncoan. Hidup ini sudah begitu keras untuk diperjuangkan, jangan ditambah lagi dengan kekerasan yang lain. (Somad,2007)

5.      Karangan persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca. Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang.

Ciri-ciri / karakteristik karangan persuasi :
a.       Terdapat himbauan atau ajakan
b.      Berusaha mempengaruhi pembaca

Contoh:
            Jika senang berpergian, Anda tentuya memiliki banyak persiapan dalam menghadapi liburan ini. Persiapanyang terpenting adalah kesehatan fisik. Anda tidak mungkin dapat berlibur jika terserang penyakit. Oleh karena itu, kami ciptakan sebuah produk multivitamin terbaik. Selain vitamin A, B kompleks, dan vitamin C, multivitamin ini pun diperkaya oleh vitamin D yang dapat menguat tulang, serta vitamin E agar kulit anda senantiasa sehat. Dengan tubuh yang sehat dan bugar, berbagai aktivitas dapat anda lakukan dengan bersemangat. Jika anda ingin senantiasa sehat dan mendapat khasiat dari Xavier-C, segera kunjungi apotek terdekat di kota anda. Dijamin, anda tidak akan pernah merasa kecewa. (Somad,2007)

Perbedaan karya ilmiah dan non ilmiah

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek:
1.      karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.

2.      karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi
.
3.      dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Kriteria metode ilmiah

1.      Berdasarkan fakta
Hal-hal yang didapatkan dari penelitian seperti berbagai keterangan, penjelasan, atau uraian untuk digunakan dalam analisanya harus berdasarkan fakta, bukan dari khayalan, perkiraan, legenda, atau kegiatan sejenisnya.

2.      Bebas dari prasangka
Menggunakan prasangka dan pertimbangan berdasarkan subjektif tidak termasuk dalam metode ilmiah, oleh karena itu dalam penelitian ilmiah harus bersifat bebas dari kedua hal tersebut serta menggunakan alasan dan bukti yang lengkap dan menggunakan pembuktian yang objektif.

3.      Menggunakan prinsip analisa
Prinsip analisa digunakan untuk memberikan arti terhadap fenomena yang kompleks. Tidak hanya itu semua masalah harus dicari penyebab dan pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis.

4.      Menggunakan hipotesa
Hipotesa digunakan untuk menjadi pedoman penelitian dan sekaligus pedoman pemecahan suatu masalah. Selain itu hipotesa digunakan untuk membantu dalam menentukan data yang harus dikumpulkan sehingga hanya informasi yang relevan dengan tujuan penelitian saja yang harus dikumpulkan.

5.      Menggunakan ukuran objektif
Penggunaan ukuran yang objektif harus ada dalam sebuah penelitian atau analisa. Karena dalam penelitian tidak benarkan dengan menggunakan metode perkiraan, atau dengan perasaan.

6.      Menggunakan teknik kuantifikasi
Ukuran-ukuran yang dapat diperlakukan dengan teknik kuantifikasi antara lain adalah ton, mm per detik, ohm, kilogram dan sebagainya. Kuantifikasi yang paling mudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating.

Sikap ilmiah

1.      Rasa ingin tahu
Selalu terdorong untuk lebih banyak ingin mengetahui. Caranya dengan membaca buku, bertanya kepada orang yang lebih tahu, mengadakan pengamatan, dan melakukan percobaan sendiri.

2.      Kejujuran
Mencatat sesuai dengan hasil pengamatan, meskipun tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3.      Ketekunan
Tidak mudah putus asa jika hasil percobaan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tidak segan-segan mengulangi percobaan.

4.      Ketelitian
Tidak ceroboh, baik dalarn merencanakan, menggunakan alat maupun bahan, mengukur, mencatat data, mengolah data, dan dalam menarik kesimpulan.

5.      Obyektivitas
Pendapat dan kesimpulan yang diarnbil harus berdasarkan fakta yang ada, bukan berdasarkan pendapat pribadi atau orang lain.

6.      Keterbukaan
Mau bekerja sarna dengan orang lain, mau menerima kritikan atau saran dari orang lain yang bersifat membangun, dan mau memberikan pengalarnannya kepada orang lain.

Langkah-langkah penulisan ilmiah

1.      Menentukan dan merumuskan masalah
Langkah ini meliputi menentukan dan merumuskan hal-hal apa saja yang perlu diselidiki dan dipelajari untuk memperoleh jawaban. Dalam merumuskan masalah, kita perlu membuat daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan biasanya diawali dengan kata tanya apa, mengapa, siapa, bagaimana, dan di mana.
Contoh: mengapa tanaman tumbuh ke arah sinar matahari?

2.      Mengumpulkan data
Mengamati dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki.
Contoh: tanaman dalam pot tumbuh ke arah jendela.

3.      Membuat hipotesis
Membuat dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diselidiki.
Contoh: pertumbuhan tanaman dipengaruhi cahaya.

4.      Melakukan eksperimen (percobaan)
Percobaan dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Biasanya, percobaan dilakukan berulang kali sehingga dapat ditarik kesimpulan yang baik dan benar. Contoh: sepuluh tanaman diberi perlakuan penyinaran di salah satu sisi tan am an tersebut.

5.      Menarik kesimpulan
Setelah dilakukan beberapa percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Senin, 03 November 2014

Silogisme, Generalisasi, Contoh Analogi

SILOGISME

Silogisme adalah jenis penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat terkenal,Aristoteles. Dalam pengertian umum, silogisme adalah suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.Dalam penerapannya, ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategoris, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.

Silogisme kategoris adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi (premis) kategoris. Contoh silogisme kategoris:
  • Semua manusia adalah makhluk berakal budi (premis mayor)
  • Afdan adalah manusia (premis minor)
  • Jadi, Afdan adalah makhluk berakal budi (kesimpulan)
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis minornya merupakan pernyataan kategoris. Contoh silogisme hipotesis:
  • Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
  • Hari ini tidak hujan (premis minor)
  • Maka, saya akan kerumah paman (kesimpulan).
Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya premis alternatif, premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, dan kesimpulannya menolak alternatif yang lain. Contoh silogisme alternatif:
  • Kakek berada di Bantaeng atau Makassar (premis mayor)
  • Kakek berada di Bantaeng (premis minor)
  • Jadi, kakek tidak berada di Makassar (kesimpulan)
GENERALISASI

Di dalam buku Logika, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. ( Mundiri, 1994 : 127 )

Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. (Gorys Keraf, 1994:43) 

Contoh dari generalisasi :
- aluminium jika dipanaskan akan memuai
- besi jika dipanaskan akan memuai
- tembaga jika dipanaskan akan memuai
- nikel jika dipanaskan akan memuai

Generalisasinya, yaitu semua logam jika dipanaskan akan memuai.

Macam – Macam Generalisasi :

Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Generalisasi Sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan yang diselidiki.

2. Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-German kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.

2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.

CONTOH PARAGRAF ANALOGI

Perubahan alam semesta yang mengembang dapat dijelaskan dan disimpulkan dari apa yang terjadi pada balon karet yang dikembungkan. Sebelumnya, balon karet itu diwarnai. Ketika dikembungkan, warna pada balon karet itu ikut mengembang. Semakin besar balon itu mengembang, semakin pudar warnanya. Warna itu memudar karena warna makin berkurang dan mengembang. Cahaya bintang-bintang di angkasa juga semakin berkurang intensitasnya. Para ahli menyimpulkan bahwa bintang-bintang itu makin menjauh dari kita dan alam semesta pun mengembang

SUMBER

http://www.ras-eko.com/2011/03/generalisasi-macam-macam-generalisasi.html?m=0